Selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi anda semua

Senin, 12 Desember 2011

Dampah positif Keeksisan Pabrik Garam Beryodium Desa Kedungmutih

Keberadaan pabrik garam yodium di Desa Kedungmutih Kecamatan Wedung cukup membantu petani garam setempat. Di saat harga garam krosok jatuh, petani Kedungmutih tak terlalu terkena dampak lantaran garam mereka diserap oleh pabrik.

“Petani garam Kedungmutih tak terlalu risau dengan anjloknya harga garam krosok. Sebab, pihak pabrik membeli garam mereka dengan harga layak. Yang jelas petani tetap untung,” kata Kades Kedungmutih H Hamdan.

Disampaikan, petani garam Kedungmutih rata-rata tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBe) Lancar Sejahtera. KUBe itupula yang mengelola pabrik garam beryodium. ”Kini, kemampuan pabrik dalam memproduksi garam beryodium semakin besar. Hasil produksinya juga telah menembus pasaran Jawa Tengah dan Jawa Barat,” ungkapnya, yang juga Ketua KUBe Lancar Sejahtera.

Menurutnya, kemampuan pabrik dalam memproduksi garam beryodium perhari mencapai 3 ton. Satu ton dalam bentuk kemasan dan dua ton curah. Adapun biaya produksi perbulannya mencapai Rp 117 juta. Termasuk untuk pengadaan garam krosok yang mencapai Rp 100 juta sendiri. Kemudian garam beryodium dalam kemasan 200 gram dijual dengan harga Rp 300.

”Saat seperti ini petani tidak membuat garam. Namun kami tetap berproduksi lantaran stok kami hasil penyerapan kemarau lalu cukup banyak,” ungkapnya.

Selain dipasok petani setempat, lanjut Hamdan, pabriknya juga menyerap garam krosok dari Desa Tedunan, Babalan, Kedungkarang, Kendalasem, Berahan Kulon dan Berahan Wetan. Pengadaan garam krosok dilakukan mulai Agustus hingga awal Nopember. Sedangkan dalam hal pemasaran di tingkat lokal, pihaknya memperoleh bantuan dari beberapa lembaga. Di antaranya Dinas Kesehatan, Disperindag, PKK, puskesmas-puskesmas dan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Demak.

Hamdan menambahkan, awal pendirian pabrik garam memperoleh bantuan dari pemerintah daerah dan pusat. APBD Kabupaten tahun 2008, mengalokasikan dana sebesar Rp 160 juta untuk pengadaan bangunan. Kemudian dana yang dari APBN digunakan untuk pengadaan mesin. KUBe Lancar Sejahtera juga berkontribusi sebesar Rp 100 juta untuk pembuatan gudang penampungan garam krosok. Kemudian tahun 2010, APBD kabupaten kembali mengalokasikan dana Rp 75 juta untuk menambah 1 unit mesin open, meningkatkan daya listrik dan pengadaan sejumlah perangkat.

sumber : http://www.demakkab.go.id

Sabtu, 26 November 2011

Mengingat Sejarah Demak di Museum Situs MAD

Museum Situs Masjid Agung Demak kini sudah tertata apik. Pun, sebanyak 60 koleksi yang berada di dalam bangunan senilai Rp 1,1 miliar tersebut ditambah sejumlah situs di sekitarnya dapat menjadi referensi masyarakat yang berniat mendalami sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa.

Ketua Umum Takmir Masjid Agung Demak Drs KH Mohammad Asyiq menjelaskan, benda bersejarah yang disimpan dalam museum sebagian besar merupakan peninggalan Walisanga dan Sultan Fatah.

Bukti kebesaran mereka di masa Kesultanan Demak Bintoro masih tersimpan hingga sekarang. Di antaranya saka peninggalan Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Ampel, dan Sunan Gunung Jati, pintu bledheg peninggalan Ki Ageng Selo, gentong Kong dan piring keramik milik Putri Campa, bedug, kentongan juga Al Quran tulisan tangan Sunan Kalijaga.

Situs yang dimaksud antara lain delapan tiang utama penyangga bagian serambi Masjid Agung Demak yang dibuat pada masa Kerajaan Majapahit. Lebih tepatnya adalah hadiah Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi, yang tak lain adalah ayahanda Raden Fatah, yang kemudian dinobatkan sebagai Raja I Kesultanan Demak Bintoro dengan gelar Sultan Fatah Al Akbar Sayidin Pranotogomo.

Selain itu juga Masjid Agung Demak itu sendiri yang dibangun oleh Walisanga dan Sultan Fatah pada abad XV, serta makam raja-raja Kesultanan Demak Bintoro yang berada di kawasan belakang Masjid Agung Demak.

Lebih lanjut disampaikan, masyarakat atau pengunjung tidak akan ditarik retribusi saat berkunjung ke Museum Situs Masjid Agung Demak. Sedangkan untuk pemeliharaan, akan menggunkan anggaran bantuan dari APBD serta BKM Kabupaten Demak.

Jambu Delima Demak, Warnanya Menggugah Selera

Demak merupakan sentra utama jambu air merah delima (Syzygium Aqueum) di Indonesia. Potensi ini bahkan telah ditayangkan oleh Trans7 dalam "Laptop Si Unyil" beberapa waktu yang lalu. Varietas jambu air ini sebenarnya telah lama dibudidayakan di Eropa, dikenal sebagai water apple, termasuk dalam keluarga Myrtaceae. Asalnya pun dari wilayah selatan India dan Malaysia Timur, lalu menyebar ke Philipina, Indonesia, Hawai (AS), hingga Trinidad, dan Tobago.

Dalam berbagai literatur disebutkan, jambu air merah delima tumbuh di dataran rendah hingga sedang (100-600 meter dpl). Jadi cocok ditanam di daerah-daerah sepanjang pesisir utara Jawa. Ciri khas buah ini, berwarna merah tua seperti buah delima, rasanya manis, dan mengandung banyak air. Rasanya manis dan segar buah ini karena dalam setiap kilogram terdapat kadar gula sebanyak 7,2 brik, 117 mg vitamin C, dan 84% air.

Menurut data Subdinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Demak, populasi tanaman ditetapkan sebagai tanaman varietas unggulan, sebagaimana Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 512/Kpts/SR, tertanggal 12 Desember 2005 di kabupaten ini tercatat 95.627 batang, 38.570 diantaranya telah berbuah. Jumlah produksi mencapai 20.500 kuintal per-tahun. Dari segi harganya pun cukup menjanjikan, yaitu sekitar Rp 10.000/kg di pasar-pasar tradisional, sedangkan di swalayan mencapai Rp 15 ribu/kg.

Senin, 14 November 2011

Batik Tulis Motif Pesisiran Kota Demak

Tak bisa dipungkiri, Kabupaten Demak memiliki batik tulis dengan ciri dan corak yang khas. Dengan perpaduan motif pesisiran dan pertanian, ciri khas batik tulis Demak tersebut kini mulai gencar diperkenalkan ke khalayak melalui berbagai ajang promosi maupun pameran.

Menurut Ketua Klaster Batik Demak, Hj Dwi Marfiana Spd MH, ciri khas batik Demak terlihat dari kentalnya perpaduan motif pesisiran dan pertanian yang jarang dibuat pembatik di daerah lain. “Kami mempromosikan Batik Demak hingga ke Semarang, Yogyakarta, Surabaya bahkan Jakarta,” kata Marfiana.

Dia mengatakan, upaya promosi itu telah dilakukan hampir setahun. Hasilnya, batik Demak kini mendapat perhatian cukup luas. Sejumlah daerah yang disinggahi tim klaster batik menyatakan meminta pesanan lantaran tertarik batik khas Demak.

Motif yang ditawarkan dan membuat orang tertarik antara lain Ulam Segaran, Tigo Rangsik, Sabet Rangsik, Semangka Tegalan dan Cupit Kepiting. “Istilah Rangsik kita ambil dari kata urang (udang), kerang dan sisik. Penyederhanaan nama serta bentuk binatang laut untuk lebih memperlihatkan ciri batik pesisiran. Sedangkan motif semangka tegalan terinspirasi oleh buah semangka yang juga menjadi andalan Demak,” ungkapnya.

Marfiana mengaku tak hanya gencar berpromosi melestarikan batik tulis khas Demak. Namun, dia juga membuka semacam bengkel membatik melalui pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) Desa Karangmlati. PKBM tersebut juga menyelenggarakan kejar paket C kejuruan. “Mereka yang menjadi warga belajar di PKBM berkesempatan menimba ilmu gratis. Setelah lulus nanti mereka menerima ijazah setara SMK dan sertifikat batik,” terangnya.

Sabtu, 12 November 2011

Betapa Susah Menghilangkan Citra yang Buruk

Saat orang mendengar kota Demak, banyak pendapat yang keluar dari mulut orang-orang tersebut. Ada yang berpendapat baik dan tak sedikit pula yang bependapat buruk mengenai kota ini. Dan semua pendapat tersebut adalah benar semua, namun penulis akan mencoba membuang kesan buruk mengenai kota ini. Saya mencari kesan-kesan tersebut dengan meminta pendapat dari warga kota lain mengenai kota demak, karena saya adalah perantau yang cukup lama meninggalkan tempat kota kelahiran, sehingga sedikit banyak tahu mengenai pendapat luar akan kota Demak.

Mereka yang berpendapat baik mengenai kota Demak, mengatakan bahwa kota ini adalah kota santri atau kota wali, karena di kota ini sering terjadi perkumpulan walisongo dalam menyiarkan agama islam. Selain itu juga terdapat makam salah satu dari walisongo tersebut, yaitu Makam Sunan Kalijogo, yang terletak di Kadilangu. Selain itu, nuansa agama islam di kota ini juga masih terasa kental. Hal itu karena masih banyaknya pondok pesantren yang mengajarkan tentang ajaran islam yang baik dan benar.

Adapun mengenai kesan buruk dari orang-orang yang mendengar kota demak adalah demak merupakan WC terpanjang di dunia. Saya cukup kaget kala mendengar kata-kata itu. Dan saat saya coba cari tahu alasan mengapa mereka bisa mengatakan seperti itu? Dan jawabannya adalah karena banyak terjadi aktivitas MCK disepanjang sungai jalur pantura.

Namun itulah dulu, di kala PDAM dan PAM belum merambah ke dalam lingkungan warga sekitar pantura. Dan sekarang tentu zaman sudah makin modern dan warga sekitar pantura juga sudah memiliki saluran air sendiri atau menyalur sumber air yang disediakan oleh pemerintah. Hal itu berdampak pada aktivitas MCK di sepanjang jalur pantura yang mulai meredup, dan hanya masih ada sedikit warga yang menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci di jalur itu. Namun, kenapa citra WC terpanjang di dunia belum hilang dari kota demak tercinta ini? Tentu ini menjadi tugas bersama pemkab Demak dan warga untuk menghilangkan citra buruk tersebut. Jangan sampai kota tempat tinggal yang kita cintai ini selalu mendapat citra yang buruk dari warga kota lain.

Selain itu, warga demak juga erat dikaitkan dengan pengemis dan peminta-peminta. Karena tak jarang di setiap kota besar ataupun kecil di temukan para pengemis berasal dari kota demak. Tentu hal ini makin membuat citra demak buruk. Dengan hal ini saya ingin menanyakan pemerintah Demak, sudah pernahkah pemerintah mencoba untuk mengentaskan kemiskinan dari warganya? Kalau memang sudah, seperti apakah langkah-langkah pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran? Dan Sampai manakah hasil program tersebut? Mohon ini menjadi perhatian yang serius bagi Pemkab Demak, supaya citra yang buruk hilan dari kota ini.

Saya selaku penulis ingin mengajak pemerintah dan warga untuk membuang citra yang buruk pada kota ini. Bagi pemerintah, pikirkanlah perekonomian warga dan jangan memikirkan kepentingan pribadi, serta laksanakan amanat warga dengan sebaik-baiknya. Bagi warga, cintailah kota Demak ini dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan setiap berada di kota perantauan ,berilah kesan yang baik tentang kota ini pada warga di kota yang kau tinggali itu. Dengan hal ini, saya yakin kota Demak akan hilang dari citra buruknya dan selalu memberikan citra yang baik bagi seluruh warga di Indonesia, bahkan maca Negara. Salam Perubahan!!!!!!

Rabu, 02 November 2011

Buah Belimbing, Ciri Khas Kota Demak

Di Indonesia, sebagian besar masyarakat mengenal buah yang bernama belimbing tersebut. Buahnya manis sedikit asam, berbentuk bintang lima sudut ketika dipotong. Buah belimbing panjangnya antara 20 cm hingga 50 cm dengan warna yang khas yaitu kuning kehijau-hijauan. Jika waktu muda, buah belimbing berwarna hijau. Ketika di potong, maka buah belimbing tersebut mempunyai biji yang kecil berwarna coklat. Buah ini banyak mengandung vitamin C yang bagus untuk kesehatan badan. Namun, tahukan Petualang? Bahwa di Indonesia terdapat sentra buah belimbing. Daerah tersebut berada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Di Demak selain menyimpan sejuta kisah sejarah perhelatan masuknya Islam di Jawa Tengah dengan Masjid Demak, Makam Raja-raja, dan makam Wali ternyata juga menyimpan kuliner berupa buah belimbing yang rasanya manis dan besarnya ekstra jumbo. Inilah yang menjadi alasan kalau buah belimbing sangat dekat dan bahkan sudah menjadi ciri khas kota Demak. Ukuran yang lebih besar dari biasanya buah belimbing menambah sempurna Belimbing Demak tersebut. Tak sulit untuk menemukan kios dan toko yang menyediakan belimbing Demak, Petualang bisa datang dan membelinya disepanjang jalan ke arah Kabupaten Demak. Disekitar alun-alun Demak misalnya, disana berjajar para penjual belimbing Demak bersama buah yang khas Demak seperti jambu citra dan Delima serta Blewah.

Atau ingin lebih murah, Petualang bisa menemukan di Pasar Bintoro Demak. Sepanjang jalan Semarang – Mranggen – Purwodadi, Harga yang ditawarkan sangat murah, apalagi Petualang pandai menawar pasti mendapat harga yang sangat murah. Untuk harga 1 (satu) kilogram Buah Belimbing Demak di jual seharga sekitar Rp. 12.000,- ketika tidak musim panen. Ketika musim panen tiba, harga Belimbing Demak bisa sampai Rp. 10.000,- perkilonya. Cukup murah bukan? Untuk perkilonya Petualang bisa mendapatkan 5 hingga 6 buah ukuran sedang, dan ketika harus memilih ukuran ekstra jumbo Petualang bisa mendapat 2 hingga 3 Buah Belimbing Demak.

Nah, jika Petualang berplesiran ke Kabupaten Demak Bintoro propinsi Jawa Tengah, silakan untuk membeli Belimbing Demak yang manis dan kaya vitamin C. Semoga hari Pertualang Menyenangkan…

Masjid Agung Demak, Kebanggaan Masyarakat Demak

Berbicara Demak tak bisa lepas dari Masjid Agung Demak yang merupakan landmark Kabupaten Demak. Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali Songo.

Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara.
Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa.

Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan.

Raden Fattah bersama Wali Songo mendirikan Masjid Maha karya abadi yang karismatik ini dengan memberi prasasti bergambar bulus. Ini merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 ( satu ), kaki 4 berarti angka 4 ( empat ), badan bulus berarti angka 0 ( nol ), ekor bulus berarti angka 1 ( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.

Soko Majapahit , tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.

Pawestren, merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jama’ah wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.

Surya Majapahit , merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.

Maksurah , merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.

Lawang Bledeg

Pintu Bledheg, pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Mihrab atau tempat pengimaman, didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar Kencono warisan dari Majapahit.

Dampar Kencana , benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.

Soko Tatal / Soko Guru yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.

Situs Kolam Wudlu . Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudlu. Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak dipergunakan lagi.

Menara, bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin .

Selasa, 01 November 2011

Bupati Tinjau Lokasi Ledakan Petasan

Petasan meledak mengakibatkan tiga rumah ambruk rata dengan tanah dan empat orang meninggal dunia. Peristiwa naas tersebut terjadi di Dukuh Penjor Desa Bulusari Kecamatan Sayung, Minggu malam (30/10), sekitar pukul 19.00. Korban meninggal dunia adalah Mashuri, Kamandanu, Romadhon dan Irsyathul Ibad.

Titik ledakan berada di rumah Abdurrokhim. Waktu kejadian berlangsung, ia sedang keluar rumah. Untung saja, meski istri dan seorang anaknya berada di rumah, keduanya selamat dari ledakan maut yang suaranya terdengar hingga radius satu kilometer tersebut. Istri dan anak Abdurrokhim hanya mengalami luka-luka.

Bupati Tafta Zani pun meninjau lokasi kejadian, Senin (31/10). Bupati didampingi Kabag Humas Rudi Santosa, Camat Sayung Arif Sudaryanto dan Kades Bulusari Masyhudi melihat reruntuhan rumah. Bupati juga menyaksikan proses pengumpulan serpihan tubuh korban oleh petugas Polda Jateng dan Polres Demak.

Di lokasi kejadian itu bupati masih mendapati puluhan selongsong petasan. Hanya saja bupati belum bisa bertemu dengan para keluarga korban lantaran mereka masih menjalani proses pemeriksaan di kantor polisi.

“Kita akan memberikan santunan kepada para keluarga korban. Soal nilainya berapa nanti kita koordinasi dulu dengan PMI dan pihak-pihak terkait. Bagaimanapun, kita turut berbela sungkawa atas meninggalnya korban,” kata bupati.

Disampaikan, larangan bermain petasan seringkali disampaikan kepada masyarakat. Pihaknya sering melakukan sosialisasi terkait hal tersebut bersama jajaran muspida. “Mudah-mudahan kejadian ini menjadikan masyarakat jera. Toh bermain petasan tak ada untungnya,” ujar bupati. Sumber : http://www.demakkab.go.id/

Senin, 31 Oktober 2011

Bakso Balungan, Kuliner Khas Demak

Salah satu makanan khas Demak yang dikenal sebagai Kota Waliadalah bakso balungan. Dinamai bakso balungan (tulang) karena bakso yang disajikan tidak melulu hanya bakso, gulungan daging giling yang diberi kuah. Bakso yang satu ini dikompliti dengan potongan tulang-tulang yang masih berbalut irisan daging. Kadang terdapat pula tulang muda yang renyah dimakan.

Bakso balungan ini muncul dari bisnis soto kerbau yang menjadi ciri khas soto di kawasan Demak, Kudus, Pati, dan sekitarnya. Kalau daging kerbau banyak dipakai untuk soto dan rawon, tulangnya dimanfaatkan untuk campuran bakso.

Kenikmatan bakso balungan bukan terletak pada bakso itu sendiri, melainkan cara menikmati dan menggerogoti serpihan daging pada potongan tulang inilah yang mengasyikan sehingga sering kali membuat penikmat bakso ketagihan. Tiap porsi biasanya di hargai Rp 6000, dan tentunya ini sangat menjangkau kantong semua kalangan masyarakat.

Beberapa penikmat bakso di Demak mengakui bakso balungan merupakan bakso yang beda dengan bakso yang lain. Apalagi jika menemui warung bakso yang sudah terkenal dengan Rasanya nikmat dan cara mengolah tulang pun sudah pas, yakni tidak alot serta sudah renyah. Ini berkat rebusan tulang yang disesuaikan untuk menjaga tidak terlalu mentah atau terlalu matang sehingga tak mudah hancur.

Jika anda berwisata ke daerah Demak, janganlah lupa untuk menikmati makanan hangat dan lezat ini. Selamat mencoba dan semoga anda ketagihan setelah mencicipinya.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Grebeg Besar, Budaya Khas Demak

Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa dengan rajanya Raden Fatah. Disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam dipulau Jawa. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai sekarang, yaitu Masjid Agung Demak.

Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dimulai pada abad XV dan dipelopori oleh Wali Sanga, bahkan salah satu wali tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga. Menurut cerita, Kadilangu semula adalah daerah perdikan sebagai anugrah dari Sultan Fatah kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya dalam mengembangkan agama Islam dan memajukan kerajaan Demak.

Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada.

Setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Pada waktu itu, dilingkungan Masjid Agung Demak diselenggarakan pula keramaian yang disisipi dengan syiar-syiar keagamaan, sebagai upaya penyebarluasaan agama Islam oleh Wali Sanga. Sampai saati ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan.

Prosesi Grebeg Besar Demak

  • · Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga

Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati, Muspida dan segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.

  • · Pasar Malam Rakyat di Tembiring Jogo Indah

Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan Sunan Kalijaga.

asar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari barang barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan, makanan/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertunjukkan /hiburan.

  • · Selamatan Tumpeng Sanga

Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng terebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak. Tumpeng yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dari Allah SWT. Acara selamatn tersebut diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pembacaan doa. Sesudah itu kepada para pengunjung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi bungkus tersebut dimaksudkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga. Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut.

Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu Selamatan Ancakan, selamatan terebut bertujuan untuk memohon berkah kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota Panitia penjamasan dapat melaksanakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga serta untuk menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.

  • · Slolat Ied

Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan melaksanakan Sholat Ied, pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah tidak dapat lagi menampung para jamaah, karena penuh sesak dan melebar ke jalan raya, bahkan sebagian melaksanakan sholat di alun-alun. Pada kesempatan tersebut Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat di Masjid Agung Demak dan dilajutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.

· Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga

Setelah selesai Sholat Ied di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kedua pusaka tersebut adalah Kutang Ontokusuma dan Keris Kyai Crubuk. Konon Kutang Ontokusumo adalah berujud ageman yang dikiaskan pegangan santri yang dipakai sunan kalijaga setiap kali berdakwah.

Penjamasan pusaka-pusaka tersebut didasari oleh wasiat sunan kalijaga sebagai berikut””agemanku, besuk yen aku wis dikeparengake sowan engkang Maha Kuwaos, salehna neng duwur peturonku. Kajaba kuwi sawise uku kukut, agemanku jamas ana.” Dengan dilaksanakan penjamasan tersebut, diharapkan umat Islam dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan iman dan taqwa Kepada allah SWT.

Prosesi penjamasan tersebut diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, dimana sebelumnya dipentaskan pagelaran tari Bedhoyo Tunggal Jiwo. Melambangkan “Manunggale kawula lan gusti”, yang dibawakan oleh 9 (sembilan) remaja putri. Dalam perjalanan ke Kadilangu minyak jamas dikawal oleh bhayangkara kerajaan Demak Bintoro “Prajurit Patangpuluhan” dan diiringi kesenian tradisional Demak. Bersamaan dengan itu Bupati beserta rombongan menuju Kadilangu dengan mengendarai kereta berkuda.

Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Kalijaga Kalijaga. Sesepuh dan ahli waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga adalah benar. Oleh karena itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut mengandung makna, bahwa penjamas tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi melihat dengan mata hati. Artinya ahli waris sudah bertekad bulat untuk menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati.

Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar DemaK.