
Senin, 12 Desember 2011
Dampah positif Keeksisan Pabrik Garam Beryodium Desa Kedungmutih

Sabtu, 26 November 2011
Mengingat Sejarah Demak di Museum Situs MAD

Jambu Delima Demak, Warnanya Menggugah Selera

Senin, 14 November 2011
Batik Tulis Motif Pesisiran Kota Demak

Sabtu, 12 November 2011
Betapa Susah Menghilangkan Citra yang Buruk

Saat orang mendengar kota Demak, banyak pendapat yang keluar dari mulut orang-orang tersebut. Ada yang berpendapat baik dan tak sedikit pula yang bependapat buruk mengenai kota ini. Dan semua pendapat tersebut adalah benar semua, namun penulis akan mencoba membuang kesan buruk mengenai kota ini. Saya mencari kesan-kesan tersebut dengan meminta pendapat dari warga kota lain mengenai kota demak, karena saya adalah perantau yang cukup lama meninggalkan tempat kota kelahiran, sehingga sedikit banyak tahu mengenai pendapat luar akan kota Demak.
Mereka yang berpendapat baik mengenai kota Demak, mengatakan bahwa kota ini adalah kota santri atau kota wali, karena di kota ini sering terjadi perkumpulan walisongo dalam menyiarkan agama islam. Selain itu juga terdapat makam salah satu dari walisongo tersebut, yaitu Makam Sunan Kalijogo, yang terletak di Kadilangu. Selain itu, nuansa agama islam di kota ini juga masih terasa kental. Hal itu karena masih banyaknya pondok pesantren yang mengajarkan tentang ajaran islam yang baik dan benar.
Adapun mengenai kesan buruk dari orang-orang yang mendengar kota demak adalah demak merupakan WC terpanjang di dunia. Saya cukup kaget kala mendengar kata-kata itu. Dan saat saya coba cari tahu alasan mengapa mereka bisa mengatakan seperti itu? Dan jawabannya adalah karena banyak terjadi aktivitas MCK disepanjang sungai jalur pantura.
Namun itulah dulu, di kala PDAM dan PAM belum merambah ke dalam lingkungan warga sekitar pantura. Dan sekarang tentu zaman sudah makin modern dan warga sekitar pantura juga sudah memiliki saluran air sendiri atau menyalur sumber air yang disediakan oleh pemerintah. Hal itu berdampak pada aktivitas MCK di sepanjang jalur pantura yang mulai meredup, dan hanya masih ada sedikit warga yang menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci di jalur itu. Namun, kenapa citra WC terpanjang di dunia belum hilang dari kota demak tercinta ini? Tentu ini menjadi tugas bersama pemkab Demak dan warga untuk menghilangkan citra buruk tersebut. Jangan sampai kota tempat tinggal yang kita cintai ini selalu mendapat citra yang buruk dari warga kota lain.
Selain itu, warga demak juga erat dikaitkan dengan pengemis dan peminta-peminta. Karena tak jarang di setiap kota besar ataupun kecil di temukan para pengemis berasal dari kota demak. Tentu hal ini makin membuat citra demak buruk. Dengan hal ini saya ingin menanyakan pemerintah Demak, sudah pernahkah pemerintah mencoba untuk mengentaskan kemiskinan dari warganya? Kalau memang sudah, seperti apakah langkah-langkah pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran? Dan Sampai manakah hasil program tersebut? Mohon ini menjadi perhatian yang serius bagi Pemkab Demak, supaya citra yang buruk hilan dari kota ini.
Saya selaku penulis ingin mengajak pemerintah dan warga untuk membuang citra yang buruk pada kota ini. Bagi pemerintah, pikirkanlah perekonomian warga dan jangan memikirkan kepentingan pribadi, serta laksanakan amanat warga dengan sebaik-baiknya. Bagi warga, cintailah kota Demak ini dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan setiap berada di kota perantauan ,berilah kesan yang baik tentang kota ini pada warga di kota yang kau tinggali itu. Dengan hal ini, saya yakin kota Demak akan hilang dari citra buruknya dan selalu memberikan citra yang baik bagi seluruh warga di Indonesia, bahkan maca Negara. Salam Perubahan!!!!!!
Rabu, 02 November 2011
Buah Belimbing, Ciri Khas Kota Demak

Masjid Agung Demak, Kebanggaan Masyarakat Demak
Selasa, 01 November 2011
Bupati Tinjau Lokasi Ledakan Petasan

Senin, 31 Oktober 2011
Bakso Balungan, Kuliner Khas Demak

Sabtu, 29 Oktober 2011
Grebeg Besar, Budaya Khas Demak

Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa dengan rajanya Raden Fatah. Disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam dipulau Jawa. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai sekarang, yaitu Masjid Agung Demak.
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dimulai pada abad XV dan dipelopori oleh Wali Sanga, bahkan salah satu wali tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga. Menurut cerita, Kadilangu semula adalah daerah perdikan sebagai anugrah dari Sultan Fatah kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya dalam mengembangkan agama Islam dan memajukan kerajaan Demak.
Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada.
Setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Pada waktu itu, dilingkungan Masjid Agung Demak diselenggarakan pula keramaian yang disisipi dengan syiar-syiar keagamaan, sebagai upaya penyebarluasaan agama Islam oleh Wali Sanga. Sampai saati ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan.
Prosesi Grebeg Besar Demak
- · Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga
Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati, Muspida dan segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.
- · Pasar Malam Rakyat di Tembiring Jogo Indah
Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan Sunan Kalijaga.
asar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari barang barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan, makanan/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertunjukkan /hiburan.
- · Selamatan Tumpeng Sanga
Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng terebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak. Tumpeng yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dari Allah SWT. Acara selamatn tersebut diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pembacaan doa. Sesudah itu kepada para pengunjung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi bungkus tersebut dimaksudkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga. Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut.
Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu Selamatan Ancakan, selamatan terebut bertujuan untuk memohon berkah kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota Panitia penjamasan dapat melaksanakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga serta untuk menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.
- · Slolat Ied
Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan melaksanakan Sholat Ied, pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah tidak dapat lagi menampung para jamaah, karena penuh sesak dan melebar ke jalan raya, bahkan sebagian melaksanakan sholat di alun-alun. Pada kesempatan tersebut Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat di Masjid Agung Demak dan dilajutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.
· Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga
Setelah selesai Sholat Ied di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kedua pusaka tersebut adalah Kutang Ontokusuma dan Keris Kyai Crubuk. Konon Kutang Ontokusumo adalah berujud ageman yang dikiaskan pegangan santri yang dipakai sunan kalijaga setiap kali berdakwah.
Penjamasan pusaka-pusaka tersebut didasari oleh wasiat sunan kalijaga sebagai berikut””agemanku, besuk yen aku wis dikeparengake sowan engkang Maha Kuwaos, salehna neng duwur peturonku. Kajaba kuwi sawise uku kukut, agemanku jamas ana.” Dengan dilaksanakan penjamasan tersebut, diharapkan umat Islam dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan iman dan taqwa Kepada allah SWT.
Prosesi penjamasan tersebut diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, dimana sebelumnya dipentaskan pagelaran tari Bedhoyo Tunggal Jiwo. Melambangkan “Manunggale kawula lan gusti”, yang dibawakan oleh 9 (sembilan) remaja putri. Dalam perjalanan ke Kadilangu minyak jamas dikawal oleh bhayangkara kerajaan Demak Bintoro “Prajurit Patangpuluhan” dan diiringi kesenian tradisional Demak. Bersamaan dengan itu Bupati beserta rombongan menuju Kadilangu dengan mengendarai kereta berkuda.
Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Kalijaga Kalijaga. Sesepuh dan ahli waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga adalah benar. Oleh karena itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut mengandung makna, bahwa penjamas tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi melihat dengan mata hati. Artinya ahli waris sudah bertekad bulat untuk menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati.
Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar DemaK.